Andrea Story

"Jika cinta mengajakmu, ikutilah dia meskipun jalannya sulit dan curam. Dan ketika sayap-sayapnya merangkulmu menyerahlah padanya, meskipun pedang yang tersalip diantara ujung-ujung sayap mungkin melukaimu".
( Khalil  Ghiban )

Siang  hari yang sangat panas, matahari dengan semangatnya memancarkan sinarnya. Andrea, hanya di kamarnya. Beberapa minggu ini ia jarang untuk keluar rumah tak ada kegiatan yang mengisi waktu luang saat liburannya. Kegiatannya hanya itu-itu saja, bangun tidur, makan, nonton televisi, lalu setelah bosan masuk kamar.

“Mak, nanti mau buka puasa sama apa ?.” Tanya Andrea yang berada di dalam kamar kecilnya.
“Memangnya kamu mau minta di masakin apa ?.” Tanya balik Mamaknya seolah-olah ingin menyenangkan hati anaknya.
“Ya, terserah Mamak saja yang penting ada es campur dan gorengan  hehehehe.” Ia terkekeh menggoda Mamaknya.
“ Kamu ini, ndak ada makanan lain apa selain es campur dan gorengan. Ingat Ya, badan mu itu lho udah memel  kalo tambah memel gimana,  apa kamu ndak malu sama teman-teman kamu ?.”
“ Kenapa harus malu ?.”  Jawab Andrea dengan polosnya.
“ Yah, kamu ini ndak tau rasa malu.” Mamak diam sejenak tampak mencari-cari sesuatu. “ Mana ya cabainya tadi ?.”
“ Ada apa to Mak ?. ”
“ Ndak papa, udah ketemu cabainya. Ngomong-ngomong kamu ndak main ke rumah teman kamu ?.”
“ Ndak.” Jawab andrea pendek.
“ Kamu itu harus sering-sering main keluar sama teman-teman kamu biar ndak di bilang kuper .”  Kata Mamaknya menasehati anaknya yang jarang keluar rumah.
“ Ya, ya, ya.” Jawabnya sinis.

Begitulah Andrea berbeda dengan teman-teman yang lainnya. Kalau teman-temannya tidak boleh main-main keluar atau kadang di batasi waktu bermainya. Mungkin ada juga sebagian yang ingin main keluar harus berdebat dahulu dengan orang tuanya dan mencari alasan-alasan yang tepat untuk main keluar. Tapi Andrea berbeda, dia di beri waktu kapan saja untuk bermain keluar bersama teman-temannya tanpa harus berdebat dahulu dengan Mamak dan Bapaknya. Tapi sayangnya ia memilih untuk di rumah saja tepatnya di kamarnya kecilnya.

Pernah suatu ketika saat usianya kira-kira 12 tahun. Setiap hari Minggu atau pada hari libur sekolah, ia selalu di paksa untuk bermain entah kemana saja yang penting bergaul dengan teman-temannya. Biar ndak kuper kata Mamak dan Bapaknya. Kalau sudah begini Andrea selalu bangun siang saat hari libur tertentu. Tapi Mamaknya tak kalah pintar, setiap kali Andrea sudah bangun dari tidurnya sekitar jam 09.00 Mamaknya segera meyuruhnya cuci muka, gosok gigi,ganti baju, sisir rambut dan langsung di suruh main.

Memang jorok kedengarannya, bangun tidur, cuci muka, gosok gigi, ganti baju, sisir rambut dan langsung main begitu saja tanpa mandi dulu. Tapi itulah yang dilahkukan setiap hari libur, Andrea hanya mandi satu kali sehari saja. Kadang saat main atau berkumpul dengan teman-temannya ia merasa bosan, tak jarang ia kadang bermain tak kurang dari 5 menit saja. Kalau di tanya mamaknya kenapa pulang mainnya cepet, ia selalu menjawab yang pentingkan sudah main.

“ Andreaaaaaa !. ” Seru seseorang yang ada di luar ruumah.
“ Yaaa !, itu ada Nia.” Teriak mamaknya yang tadinya berada di dapur sekarang ke ruang depan.
“ Iya, masuk aja aku di kamar.” Jawab Andrea membuka sedikit pintu kamarnya.
“ Kamu lagi apa ?.” Tanya Nia yang duduk di samping Andrea.
“ Nggak lagi apa-apa,  memangnya kenapa ?.”
“ Di rumah aku ndak ada teman, handpone aku juga ndak ada yang sms.”
“ Terus aku bisa bantu apa ?.” Tanya Andrea dengan polosnya.
“ Emm, kamu ada kuota ndak ?.”
“ Ada, kenapa ?.” Sahut Andrea bingung dengan pertanyaan Nia.
“ Gimana kalau kita browsing cari kenalan, siapa tahu ada cowok yang kece.”  Jawab Nia, bibirnya manyun ke kanan dan ke kiri seakan ia membayangkan seorang lelaki yang ia idam-idamkan.

Sedangkan Andrea yang di sampingnya hanya bengong dahinya berkerut-kerut melihat sikap temannya yang satu ini “ Kamu aja aku ndak ikut-ikut kalau soal itu.”
“ Ya sudah ndak papa biar aku yang cari, sekarang mana modemnya ?.”
Andrea berdiri, ia membuka kotak yang di dalamnya terdapat kabel-kabel. Ia mengambil benda kecil yang bermanfaat bagi para remaja. Dan memberikannya pada Nia.
“ Terima kasih.” Kata Nia, dengan sigapnya ia menuju meja komputer di dekat jendela kamar Andrea. Tak butuh waktu lama  Nia sudah berhasil membuka facebook, twitter, serta email . Mulutnya berkomat-kamit mantra kaarangannya. “ pertama-tama Nia harus cari cowok yang namanya kece terus cari yang tampangnya kece juga. Aha ini ada beberapa nama kece.”
“Ya, dengerin ya  aku bacain nama-nama ini kamu catat ya.”  Kata Nia yang sedang sibuk memaikan tikus kecil di tangan kanannya.
“ Buat apa di catat, emangnya mau buat  KTP ?.”
“ Udah catat saja  nanti kamu juga tau apa maksud aku.” Jawan Nia, seakan-akan ia yang paling mengerti akan hal itu.
“ Ya lah.” Katanya sambil berdiri ia mencari kertas-kertas kecil tak terpakai.
“ Dengar baik-baik Dayu, Rian, Diki, Surya, Halim, Supri, Mufi, udah 7 aja yang ada Cuma 7 lainnya nggak jelas namanya.” Kata Nia matanya masih terfokus pada komputer balok jadul di depannya.
“ Terus nama-nama ini di apakan ?.” Tanya Andrea yang tidak mengerti tentang nama-nama yang ia tulis.
“ Kita pilih yang namanya itu kayak anak muda generasi kita, mana kertasnya aku duluan yang pilih.”  Seru Nia sambil mengambil kertas kecil yang di pegang oleh Andrea. “ Ehemm, aku pilih Dayu, Rian, Diki udah itu sajalah udah cukup yang lainnya buat kamu.”
Andrea terdiam wajahnya kusut seketika. “ Kamu curang, masak aku dikasih yang jelek-jelek Mufi, Mufi itu cewek apa cowok ?. Itu Halimin apa Halimah, terus Surya, Supri lagi.”
“ Di cek dulu siapa tau orangnya kece .” Jawab Nia dengan santainya.
“ Ya, ya, ya.” Balas Andrea dengan menggaruk-garuk kepalanya dan berguman dalam hatinya kenapa harus ada kata kece .
“ Ya udah aku mau pulang dulu.” Kata Nia berdiri menuju pintu kamar untuk pulang.
“ Kenapa harus pulang, Nia kamu marah ya ?.” Tanya Andrea dengan nada bersalah.
“ Nggak, aku Cuma mau pulang aja inikan udah jam 10.00.”
Tak butuh waktu lama Nia segera meninggalkan kamar Andrea. Kini ia mulai merasa kesepian lagi. Di kamarnya ia hanya tiduran saja, tak ada kegiatan yang lain. Hingga sesaat kemudian ia baru ingat. “ Kenapa aku nggak coba cari tau nama-nama tadi ya ?, kan nggak papa sekali-kali coba kayak gitu. Lumayan juga buat ngisi waktu aku biar nggak jenuh.”  Gumannya dalam hati.
Andrea dikamar mencari-cari sosok nama yang di berikan kepada Nia baru saja. Satu persatu ia memulai percakapan dengan orang-orang itu di dunia maya. Ia menunggu balasan pesan dengan santai sesekali salah satu dari orang tersebut membalas pesannya. Sayang, hanya ada satu nama saja yang membalas pesannya

Dree  : “ Dengan surya?.”
Surya : “ Iya, ada apa ?.”
Dree  : “ Emmm, ini aku Dree atau panggil aja rere.”

Rere ? ada yang aneh. Ya memang benar ada yang aneh, anehnya Andrea menyamarkan namanya sendiri dengan sebutan Rere.

Surya : “ Ya baiklah ada yang bisa aku bantu ?. “
Dree    : “ Ndak ada, Cuma pengen tahu info tentang kamu aja ?.”
Surya : “ Buat apa ?.”
Dree    : “ Boleh ndak ?.”
Surya : “ Aku Surya, tinggal di sini, 18 tahun. Itu saja yang bisa aku beri tahu kepadamu, maaf.
Dree    : “ Terima kasih.”

Sedangkan disisi lain Surya duduk dengan santainya di atas kursi meja belajarnya. Didepannya
terdapat sebuah laptop yang sedang berjalan-jalan didunia maya. Sebenarnya ia malas sekali untuk
membalas email dari Andrea tapi, tak apa lah untuk menyenangkan hati seorang wanita. Surya
memang tak tampan tapi dia menawan, banyak para kaum hawa terbius olehnya bahkan banyak juga
yang terang-terangan mengungkapkan perasaan cinta itu pada Surya. Tapi sayangnya Surya hanya
menganggapnya hanya sebatas teman. Entah sudah berapa kali ia menolak wanita rasanya banyak
sekali.

Seperti saat ini, saat Andrea atau ia menyebutnya dengan sebutan Rere. Saat Rere mengirim email
dan mengajaknya berkenalan ia hanya menjawab dengan jawaban acuh tak acuh. Seakan tak ada niat
untuk berkenalan dengan seseorang. Maklumlah sekarang ini ia sedang fokus untuk menyelesaikan
kuliahnya.
Matanya terbelolok saat Surya mendapati status Dree. Ia merasa tidak percaya.

Dree    : “ Untuk pertama kalinya dan aku tak mau nenggulainya kembali, ini bukan duniaku.
Rasanya aku ingin kembali ke duniaku yang dulu, maafkan aku Surya.

Melihat  semua itu Surya segera memberi komentar seadanya. Berbagai pertanyaan muncul dari kepala Surya. "Buat apa dia minta maaf padaku ? padahal aku baru saja menggenalnya, mungkin yang dimaksud itu bukan aku ? lagi pula nama Surya kan banyak bukan aku saja. Tapikan dia baru saja kenal denganku, mungkin benar surya yang di maksud adakah aku, seseriuskah dia sampai minta maaf ?". Tangannya dengan gesit memainkan mouse dan mengetik di keybord. Seakan ada panggilan untuk menggomertari status yang muncul di layar monitor. Tak biasanya Surya seperti ini pada sseorang wanita. Kali ini ia benar-benar tertarik pada sosok itu.

Surya : “ Aku yang kau maksudkan itu ?.”
Dree    :  “ Iya.”
Surya : “ Maukah kamu menjadi temanku ?.”
Dree    : “ Ya baiklah.”
Surya : “ Janji ?.”
Dree    : “ untuk apa janji ?.”
Surya : “ janji buat jadi teman aku ?.”
Dree    : “ oke.”

..... To Be Continue.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar